“Emang
cukup, pak, penghasilannya buat sehari-sehari?”
“Yaa
dicukup-cukupin aja, mas..”
“Hoo..”
Pemuda
itu terus merapikan rambutnya. Sesekali ia mengisap rokoknya dalam-dalam sambil
melihat wajahnya di cermin, yang mulai tampak berminyak dan mengumal akibat
polusi ibu kota yang jahanam.
“Mas
sendiri mau ke mana? Nggak kesiangan jam segini baru mau ngantor?”
“Ya
maunya sih gitu pak, ngantor. Saya udah
lulus sarjana dari enam bulan yang lalu, tapi masih luntang-lantung gini, belum
dapet-dapet kerjaan.”
“Hoo..”
Bapak
itu masih memperhatikan gelagat pemuda tersebut. Dalam hatinya ia bergumam,
yang sarjana saja susah dapat kerja, apalagi dirinya yang hanya tamatan SMP.
“Terus,
kenapa bapak milih jualan cermin di depan gedung DPR gini?”
“Yaa,
biar beliau-beliau itu pada mampir, paling tidak untuk sekadar ngaca.”
No comments:
Post a Comment